Example 160x600
Example 160x600
InspirasiBudayaPendidikan

Rohana Kuddus (1884-1972), Jurnalis Perempuan Indonesia Pertama

×

Rohana Kuddus (1884-1972), Jurnalis Perempuan Indonesia Pertama

Sebarkan artikel ini
Rohana Kuddus
Example 468x60

Khatulistiwahits–Rohana Kuddus merupakan tokoh Jurnalis Perempuan Indonesia pertama. Selain sebagai jurnalis, ia juga dikenal sebagai, aktivis, hingga pejuang emansipasi wanita.

Perjuangannya dalam mengangkat derajat kedudukan perempuan mengandung nilai inspiratif yang tinggi. Mulai dari semangatnya belajar membaca dan menulis secara otodidak, mendirikan sekolah untuk para perempuan di tanah Minang, hingga menjadi perempuan Indonesia pertama yang berkiprah di bidang jurnalisme.

Atas jasa dan perjuangannya, Pemerintah Republik Indonesia, dibawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, menganugerahkan Gelar Pahlawan Nasional atas Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan kepada Rohana melalui Keputusan Presiden No. 120/TK tahun 2019 tertanggal 7 November 2019.

Rohana Kuddus
Foto:topsatu.com

Mengenal Dekat Rohana Kudus

Rohana Kuddus, perempuan yang lahir pada tanggal 20 Desember 1884 di Koto Gadang, Sumatera Barat. Nama lahirnya adalah Siti Roehana Koeddoes. Dia merupakan putri dari Mohammad Rasyad Maharaja Sutan dan Kiam. Ayah Rohana merupakan seorang pegawai Kejaksaan di Pemerintah Hindia Belanda.

Dikutip dari Buku Rohana Kuddus karya Tamar Djaja, Terlahir dari orang tua bernama Mohamad Rasjad Mahardja Soetan dan Kiam, ternyata Rohana memiliki hubungan sebagai kakak tiri Soetan Sjahrir, Perdana Menteri Indonesia pertama. Selain itu, Rohana juga merupakan bibi dari penyair terkenal Chairil Anwar. Dia juga merupakan sepupu dari KH Agus Salim.

Baca Juga: 95 Tahun Sumpah Pemuda, Apa Maknanya Bagi Generasi Z Sekarang?

Rohana tumbuh di lingkungan yang memegang teguh ajaran agama Islam. Oleh sebab itu, sejak kecil, Rohana Kuddus diajari membaca Al-Quran. Selain pendidikan agama, keluarganya juga mengajarkan pengetahuan umum seperti membaca dan menulis.

Meskipun tidak pernah mengenyam pendidikan formal, tetapi keluarga dan lingkungan sekitar Rohana mengajarkan ilmu pengetahuan dasar sehingga dia mampu mengenal abjad latin, Arab, dan Arab Melayu saat usianya baru enam tahun.

Untuk menyalurkan minat membacanya, Ayah Rohana bahkan berlangganan surat kabar yang berisi dongeng-dongeng bernama Berita Ketjil yang terbit di Talu. Dia juga senang membaca buku-buku Belanda koleksi ayahnya.

Mengutip dari buku Khazanah Ulama Perempuan Nusantara karya Nur Hasan, pada usia 17 tahun, Ibu Rohana meninggal dunia. Rohana pun kembali ke kampung halamannya di Koto Gadang dan tinggal bersama neneknya.

Rohana Kuddus Sosok Pejuang Pendidikan Perempuan

Ketika berumur 24 tahun, Rohana Kudus menikah dengan Abdul Kudus Pamuncak Sutan. Di kampung halamannya, Rohana Kuddus melihat kondisi anak-anak perempuannya tidak memiliki kemampuan baca tulis sebaik dia. Bahkan akses belajar pun tidak bisa mereka dapatkan.

Dikutip dari buku Sejarah Perkembangan Pers Minangkabau (1859 – 1945) karya Yuliandre Darwis, Rohana tercatat pernah mendirikan sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS) di Koto Gadang pada pada tanggal 11 Februari 1911. Di sekolah tersebut, perempuan diajarkan berbagai jenis keterampilan, seperti tulis-baca, budi pekerti, mengelola keuangan, Bahasa Belanda, hingga pendidikan agama.

Dengan berbasiskan pendidikan dan pemberdayaan perempuan, Sekolah KAS selanjutnya berkembang menjadi unit usaha ekonomi perempuan pertama di Minangkabau.

Rohana Kuddus Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia

Rohana terlahir dari ayah yang bernama Mohamad Rasjad Maharadja Soetan yang berprofesi sebagai jurnalis. Sedangkan sang ibu, Kiam mendukung karier ayahnya sebagai ibu rumah tangga yang tangguh.

Rohana belajar membaca dan menulis dari sang ayah yang selalu membawakannya buku-buku. Meski tak mendapatkan pendidikan formal, Rohana mempertajam pengetahuannya dari berbagai majalah terbitan Belanda.

Kebiasaan Rohana Kudus yang akrab dengan surat kabar dan majalah membentuk pribadi tersebut menjadi seorang jurnalis pula. Dia mengirimkan surat kepada Datuk Sutan Maharadja, seorang pimpinan redaksi di surat kabar Oetoesan Melajoe.

Dikutip dari buku Sejarah Perkembangan Pers Minangkabau (1859 – 1945) karya Yuliandre Darwis, Pada awalnya Rohana mulai menuangkan kebiasaan menulisnya dengan mengisi surat kabar perempuan, Poetri Hindia.

Baca Juga: Danau Maninjau, Tanah Kelahiran Buya Hamka yang Menyimpan Sejuta Pesona Alam Nan Indah

Dilandasi keinginan kuat untuk membagi cerita tentang perjuangan memajukan pendidikan kaum perempuan di daerahnya, akhirnya dia mendirikan surat kabar Soenting Melajoe pada 10 Juli 1912.

Surat kabar ini mencatatkan sejarah sebagai salah satu surat kabar perempuan pertama di Indonesia. Menariknya Sunting Melayu juga surat kabar perempuan pertama di Indonesia yang pemimpin redaksi, redaktur, hingga penulis semuanya perempuan.

Rohana Kuddus
Perjuangan Rohana Kuddus, Rumah Keradjinan Amai Setia dulu dan sekarang (Foto:google)

Perjuangan Rohana Kudus sangat dihormati dan dikagumi oleh masyarakat Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Masyarakat di sana melestarikan rumah Kerajinan Amai Setia Rohana Kudus hingga sekarang.

Bangunan berbentuk rumah panggung kuno itu ditandai dengan tulisan Keradjinan Amai Setia 1915. Di dalamnya terdapat sulaman dan perhiasan perak khas Koto Gadang. Tempat ini berkembang menjadi institusi pendidikan dan tempat pemberdayaan perempuan pertama di sana.

Pada tanggal 17 Agustus 1972, Rohana Kudus meninggal dunia. Atas kiprahnya, dia pun sukses meraih penghargaan sebagai Wartawati Pertama Indonesia pada tahun 1974 dan mendapat pengukuran sebagai Perintis Pers Indonesia pada 1987.(KH**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *