Example 160x600
Example 160x600
News

Ketua LSBPI MUI Habiburrahman El-Shirazy: Seni Islam yang Paling Mendasar adalah Tauhid

×

Ketua LSBPI MUI Habiburrahman El-Shirazy: Seni Islam yang Paling Mendasar adalah Tauhid

Sebarkan artikel ini
Ketua Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam (LSBPI) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Habiburrahman El-Shirazy menyampaikan kata sambutan secara online pada Workhsop Keligrafi  yang diadakan di Pondok Pesantren Santi Asromo, Majalengka, Jawa Barat, Jumat (7/6/2024). (Foto: Dok LSBPI)
Example 468x60

Khatulistiwahits.com, Majalengka– Ketua Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam (LSBPI) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Habiburrahman El-Shirazy menyebut bahwa seni Islam yang paling mendasar adalah tauhid.

Pria yang akrab disapa Kang Abik ini mengatakan, apapun bentuk seni Islamnya, memiliki nilai-nilai Islami untuk menyampaikan tauhid. Salah satunya sastra.

“Keindahan kata-kata itu untuk menyampaikan makna tauhid. Tidak bertentangan syariah, dan ditulis sastra Muslim disebut sastra Islami,” kata Kang Abik Via zoom dalam kegiatan Workhsop Keligrafi, Jumat (7/6/2024) di Pondok Pesantren Santi Asromo, Majalengka, Jawa Barat.

Selain itu, Kang Abik menuturkan, dalam dunia seni Islami juga seseorang dapat membuat cerita pendek seperti menggambarkan suasana di Gaza Palestina.

Misalnya, ada seorang anak kecil di Gaza yang terjabak dalam reruntuhan akibat agresi militer Israel. Dalam kondisi tersebut, anak kecil tersebut terus berzikir dan ingat kepada Allah SWT.

“Meskipin tidak secara langsung menggambarkan dia menyebut Allah, tapi menggambarkan sosiologisnya, tetap bersama dengan Allah SWT bisa disebut (seni) Islami,” sambungnya dalam rilis yang diterima Khatulistiwahits.com.

Baca Juga : Diharapkan Jadi Oase Dahaga Seni Budaya yang Islami, LSBPI MUI akan Gelar Kongres Budaya Umat Islam

Dalam konteks kaligrafi, ujar Kang Abik, salah satu sumber dari Mesir Kuno, menyebut kehadirannya ketika zaman Nabi Ismail AS.

Kemudiaan, ketika zaman Rasulullah SAW turun Qs Al-‘Alaq. Setelahnya semacam terjadinya revolusi, yang diinginkan Rasul untuk umatnya bisa membaca dan menulis.

Ketika Islam masuk ke Romawi Timur di negara Nasrani yang dibuka oleh para sahabat, banyak masyarakat Romawi Timur yang secara sukarela dan hidayah dari Allah SWT untuk masuk Islam.

Sehingga, banyak tempat ibadah yang berubah manjadi masjid dengan kondisi ada gambar-gambar yang sebagian tidak pas. Kemudiaan, agar masjid tetap indah, oleh karena itu diisi oleh kaligrafi.

Menurut Kang Abik, tulisan yang ada di kaligrafi biasanya adalah tulisan Alquran atau Hadits. Salah satu tujuannya, untuk mengingatkan kepada Allah SWT.  “Selain itu, kaligrafi juga bagian dari ekspresi rasa syukur dan ibadah kepada Allah SWT,” ujarnya.

Kegiatan Workshop Keligrafi ini digelar pada 7-8 Juni 2024 oleh Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam (LSBPI) MUI. Kegiatan ini juga menggelar diskusi mengenai Remaja Bertanya, Ulama Menjawab seputar seni Islam.