Khatulistiwahits.com, Bogor— Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melakukan kerja sama dengan Korea Selatan dalam hal ini APCEIU (Asia – Pasifik Centre of Education for International Understanding) untuk melakukan pertukaran guru (teacher exchange) antar kedua negara. Program Pertukaran Guru Indonesia-Korea tahun ini diikuti oleh beberapa guru Indonesia dari berbagai jenjang (SD, SMP, SMA/K) yang ditempatkan di sekolah-sekolah di Korea Selatan selama 3 (tiga) bulan, Agustus sampai dengan November 2023. Begitu pula sebaliknya guru-guru terpilih dari Korea Selatan mengajar di sekolah-sekolah Indonesia dalam waktu 3 (tiga) bulan.
SD Bosowa Bina Insani Bogor menjadi salah satu sekolah yang terpilih dalam pertukaran guru Indonesia-Korea 2023. Guru Korea yang mengajar di SD Bina Insani adalah Ms. Kim Boseon dan Ms. Joo Hyemin. Keduanya mengajar di semua kelas dan rombongan belajar (rombel) kelas 1-6, sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam program pertukaran guru ini antara lain, pembelajaran di kelas, sharing session, mengunjungi tempat-tempat wisata terkenal di Bogor, Jakarta, dan Bandung.
Kegiatan pertukaran guru Indonesia-Korea di SD Bosowa Bina Insani Bogor mendapatkan kunjungan monitoring dari Direktorat Guru Pendidikan Dasar, Koordinator Pokja Kemitraan dan Pemberdayaan Komunitas, Kemendikbudristek yang dipimpin oleh Eddy Tejo Prakoso Slamet, dan juga perwakilan dari APCEIU (Korea) beberapa waktu lalu. Mereka diterima oleh Kepala SD Bina Insani, Eka Rafikah SPd dan para mentor (guru-guru SD Bina Insani) yang terlibat dalam program ini.
Tim monitoring tersebut menyaksikan langsung dua orang guru dari Korea, yakni Ms. Kim Boseon dan Ms. Joo Hyemin mengajar di kelas. Kemudian, tim dari APCEIU melakukan wawancara khusus dengan salah seorang mentor, yakni Tuesty Septianty, guru-guru dari Korea, dan perwakilan murid SD Bosowa Bina Insani.
Tingkatkan Kompetensi Guru
Selesai melakukan monitoring, Eddy Tejo Prakoso mengatakan, kegiatan pertukaran guru Indonesia-Korea ini merupakan hal yang positif. “Program pertukaran guru Indonesia-Korea, menurut saya, sangat baik untuk meningkatkan kompetensi guru sekolah yang terlibat dalam program pertukaran guru Indonesia-Korea, salah satunya SD Bosowa Bina Insani,’ kata Eddy Tejo Prakoso dalam rilis yang diterima Khatulistiwahits.com.
Ia menambahkan, program pertukaran guru ini sangat bagus. Selain proses pembelajaran, yang unik dan tentunya menginspirasi bagi anak-anak. “Semangat untuk kita belajar bahwa tiap negara mempunyai sitem pembelajaran masing-masing yang berbeda-beda. Inilah yang namanya kolaborasi,” ujarnya.
Lebih lanjut, Eddy mengatakan, setelah program ini selesai, diharapkan tetap ada yang namanya praktek baik. “Yang sudah dimulai oleh teman-teman guru, baik yang dari Korea maupun guru Bina Insani. Praktek baik ini dapat disalurkan kepada guru-guru yang bertugas di sini. Bisa ditularkan kepada teman-teman guru yang ada di sini.”
Eddy juga mengemukakan, program pertukaran guru Indonesia-Korea ini harus berdampak. Maksudnya, hasilnya harus kelihatan. “Guru-guru kita yang bertugas di Korea kita harapkan juga bisa mendapatkan praktek baik dari sekolah yang ada di sana.
Misalnya dari sisi proses pembelajaran, dari sisi siswa, dari sisi lingkungan sekolah. Itu semua bisa terserap oleh guru-guru kita yang bertugas di korea. Dan semua itu bisa diaplikasikan di sekolah masing-masing setelah mereka kembali ke Tanah Air,” paparnya.
Eddy mengungkapkan para guru Indonesia yang bertugas di Korea juga memperkenalkan budaya Indonesia kepada siswa Korea. “Mereka memperkenalkan budaya yang baik. Bagaimana kebiasaan-kebiasaan guru kita yang baik itu yang baik di sekolah untuk siswanya, kita aplikasikan di Korea. Termasuk keunikan yang di sana tidak ada. Inilah pentingnya yang nama nya kerja sama atau pertukaran,” ujarnya.
Dalam hal ini, kata dia, termasuk memperkenalkan dan mengajarkan bahasa Indonesia sedikit-sedikit. “Bahasa pengantar dalam program pertukaran guru Indonesia-Korea adalah bahasa Inggris, tapi diselipkan Bahasa Indonesia.
Pembelajaran disampaikan terutama melalui media gambar dan tulisan. “Guru-guru kita menyampaikan percakapan sederhana dalam Bahasa Indonesia. Terutama kita biasanya suka menggunakan gambar. Misalnya Candi Borobudur sebagai salah satu keajaiban dunia yang ada di Indonesia,” tuturnya.
Eddy juga mengemukakan, biasanya para guru Indonesia yang terpilih dalam program pertukaran guru Indonesia-Korea juga membawa misi budaya, antara lain lagu dan tari. “Misalnya Tari Saman. Bisa juga tari Jawa,” ujarnya.
Program pertukaran guru Indonesia-Korea berlangsung sejak tahun 2019. “Selain itu, kita juga bekerja sama dalam program pertukaran guru Indonesia-China,” kata Eddy Tejo Prakoso Slamet.