Khatulistiwahits–Inspirasi Jum’at: Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dalam menjalani kehidupan mempunyai dua hubungan yang wajib dijalankan sesuai dalam perintah ajaran Islam. Dua hubungan tersebut adalah Hablum Minallah yaitu hubungan antara manusia dengan sang Pencipta, dan Hablum Minannas hubungan dengan sesama manusia.
Al-Kisah, seekor ular memasuki gudang tempat kerja seorang tukang kayu di malam hari. Kebiasaan si tukang kayu adalah membiarkan sebagian peralatan kerjanya berserakan & tidak merapikannya. Ketika ular itu masuk ke gudang tersebut, secara kebetulan ia merayap di atas gergaji.
Karena tajamnya mata gergaji, menyebabkan perut ular terluka. Ular beranggapan gergaji itu menyerangnya. Ia pun membalas dengan mematuk gergaji itu berkali-kali. Serangan yang bertubi-tubi menyebabkan luka parah di bagian mulutnya.
Marah & putus asa, ular berusaha mengerahkan kemampuan terakhirnya untuk mengalahkan musuhnya. Ia pun lalu membelit kuat gergaji itu. Belitan yang kuat menyebabkan tubuhnya terluka amat parah, akhirnya ia pun mati binasa.
Di pagi hari si tukang kayu menemukan bangkai ular tersebut di sebelah gergaji kesayangannya.
Sobat… kadangkala di saat marah, kita ingin melukai orang lain. Setelah semua berlalu, kita baru menyadari bahwa yang terluka sebenarnya adalah diri kita sendiri.
Banyaknya perkataan yang terucap serta tindakan yang dilakukan saat amarah menguasai, sebanyak itu pula kita melukai diri kita sendiri.
“Tidak ada musuh yang tidak dapat di taklukkan oleh cinta kasih”.
“Tidak ada penyakit yang tidak dapat di sembuhkan oleh kasih sayang”.
“Tidak ada permusuhan yang tidak dapat dimaafkan oleh ketulusan”.
“Tidak ada kesulitan yang tidak dapat dipecahkan oleh ketekunan”.
“Tidak ada batu keras yang tidak dapat di pecahkan oleh kesabaran”.
“Semua itu haruslah berasal dari diri kita”.
Ketahuilah bahwasannya dendam, benci, curiga, pikiran negatif, dan apapun itu, ia sebenarnya bagaikan ular yang membelit gergaji, telah ribuan kali muncul dalam pikiran kita yang menusuk dan menggerogoti hati kita sendiri.
Latihlah diri kita setiap saat untuk mengampuni, memaafkan dengan tulus, serta melepaskan dan membuang semua sampah perusak hati dan pikiran kita sendiri.
Memberikan maaf kepada manusia merupakan sikap terpuji yang dicintai Allah Ta’ala. Sifat memaafkan adalah sifatnya para ahli surga dan pahalanya tidak terbatas. Maka jadilah kita semua menjadi pemaaf kepada sesama.
Menyitir sebuah ayat Al-Quran Surat Assyuara ayat 40:
“Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.”
وَاللهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ. (**)