Khatulistiwahits – Pontianak, sebuah kota yang kaya akan warisan budaya Melayu, tidak hanya terkenal dengan keindahan alamnya, tetapi juga dengan tradisi-tradisi uniknya. Salah satu tradisi yang melekat kuat di hati masyarakat Pontianak adalah Saprahan, sebuah ritual makan bersama yang tak hanya mengenyangkan perut, tetapi juga mempererat tali kekeluargaan dan kebersamaan di antara mereka.
Dikutip dari Kompas, Saprahan berasal dari kata ‘saprah’, yang berarti ‘berhampar’, mengacu pada budaya makan bersama dengan cara lesehan atau bersila secara berkelompok dalam satu barisan. Tradisi makan bersama nasi di atas daun pisang atau wadah lain di lantai merupakan pemandangan umum di berbagai daerah di Indonesia.
Tradisi Saprahan Pontianak
Di antara tradisi-tradisi tersebut, ada yang memiliki nama khusus, seperti megibung di Bali, bancakan di Sunda, dan saprahan di Kalimantan Barat. Lebih dari sekadar makan bersama, saprahan juga merupakan simbol kebersamaan, semangat gotong-royong, dan kesederhanaan dalam budaya Melayu.
Tradisi ini bukan hanya menyatukan keluarga dan tetangga, tetapi juga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga dan merawat tradisi-tradisi leluhur kita. Makanan yang disajikan dalam saprahan merupakan bagian tak terpisahkan dari keunikan tradisi ini.
Nasi adalah menu utama yang selalu hadir, dilengkapi dengan aneka lauk pauk khas Melayu seperti ikan, daging, ayam, dan sayur-sayuran. Namun, yang membuat saprahan begitu istimewa adalah cara penyajiannya yang unik dan menyatu dengan budaya Melayu.
Baca juga : Festival Buah dan Florikultura Kalbar 2023, Dorong Peningkatan Value Produk Lokal
Lebih dari sekadar makan bersama, saprahan juga merupakan simbol kebersamaan, semangat gotong-royong, dan kesederhanaan dalam budaya Melayu. Tradisi ini bukan hanya menyatukan keluarga dan tetangga, tetapi juga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga dan merawat tradisi-tradisi leluhur kita.