KhatulistiwaHitz.com-Cik Cik Periuk merupakan sebuah lagu daerah yang berasal dari Provinsi Kalimantan Barat tepatnya di Kabupaten Sambas.
Lirik lagu Cik Cik Periuk ini berbentuk pertanyaan tradisional dan berbentuk ungkapan tradisional (peribahasa) dengan khas sastra Melayu Sambas. Lagu Cik Cik Periuk ini memiliki birama 2/4.
Lagu Cik Cik Periuk ini memiliki makna yaitu sebuah sindiran masyarakat Sambas pada zaman dahulu. Sindiran ini ditujukan kepada masyarakat luar yang datang ke Sambas.
Karena sejak masyarakat luar datang ke Sambas terjadi pembauran antara budaya masyarakat Sambas dengan budaya masyarakat luar. Dan budaya tersebut dianggap merusak budaya Sambas yang telah ada sebelumnya.
Baca Juga:Taman Alun Alun Kapuas Salah Satu Destinasi Wisata Indah Kota Pontianak
Lirik dan terjemahan lagu Cik Cik Periuk
Cik cik periuk belanga’ sumping dari Jawe
(Cik cik periuk panci sumping dari Jawa)
Datang nek kecibok bawa’ kepiting dua’ ekok
(Datang nenek kecibok membawa kepiting dua ekor)
Cik cik periuk belanga’ sumping dari Jawe
(Cik cik Periuk panci sumping dari Jawa)
Datang nek kecibok bawa’ kepiting dua’ ekok
(Datang nenek kecibok membawa kepiting dua ekor)
Cak cak bur dalam belanga’, idong picak gigi rongak
(Diceburkan kedalam panci, hidung pesek gigi ompong)
Sape ketawa’ dolok dipancung raje tunggal, hei
(Siapa tertawa duluan dipancung raja tunggal, hei)
Makna lagu Cik Cik Periuk
Kata cik cik periuk memiliki makna suara yang keluar dari dalam panci. Belanga’ sumping dari Jawe memiliki makna sebuah panci yang rusak dibagian tepi yang merupakan panci asal Jawa.
Cak cak bur dalam belanga’ bermakna sesuatu yang masuk kedalan panci. Makna ini menggambarkan bahwa dikehidupan sudah sibuk karena telah melupakan kehidupan akhirat dan mementingkan urusan dunia.
Idong picak gigi rongak memiliki makna bahwa seseorang memiliki kekurangan. Sape ketawa’ dolok dipancung raje tunggalartinya siapa yang tertawa terlebih dahulu akan dipancung raja tunggal karena menghina ciptaan Tuhan. Maksud dari kata raja tunggal adalah Tuhan.
(Tri Williyana Ningsih)
