
Khatulistiwa—Pontianak, Kalimantan Barat — Di era digital seperti sekarang, minat generasi muda terhadap sejarah sering kali menurun karena lebih tergoda oleh hiburan di gawai. Namun, Museum Negeri Pontianak 2025 berhasil membalik pandangan itu dengan menghadirkan pengalaman baru yang seru dan interaktif. Museum ini kini bukan sekadar tempat menyimpan benda-benda kuno, tapi juga menjadi ruang edukatif yang dekat dengan gaya hidup milenial dan Gen Z.
Museum Negeri Pontianak 2025
Terletak di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Pontianak, museum ini berdiri megah dengan desain yang memadukan unsur tradisional dan modern. Diresmikan sejak tahun 1983, Museum Negeri Pontianak telah menjadi rumah bagi lebih dari 23 ribu koleksi bersejarah yang mencerminkan kekayaan budaya Kalimantan Barat. Koleksi tersebut meliputi artefak peninggalan kerajaan, benda-benda etnografi dari suku Dayak, Melayu, dan Tionghoa, hingga dokumentasi arkeologis dan geologis yang memperlihatkan sejarah panjang wilayah Bumi Khatulistiwa.
Namun kini, museum ini tidak lagi tampil kaku dan formal seperti dulu. Pengelolanya berbenah dengan mengusung konsep “Museum Hidup”, di mana pengunjung tak hanya melihat, tetapi juga bisa berinteraksi dan belajar melalui berbagai media digital. Setiap ruangan dilengkapi dengan layar sentuh, video dokumenter, dan pemandu virtual yang menjelaskan kisah di balik koleksi. Dengan begitu, pengalaman belajar terasa lebih menarik dan mudah dipahami, terutama bagi generasi muda yang akrab dengan teknologi.
Baca Juga: Upacara Adat Naik Dango, Kearifan Lokal Suku Dayak Kanayatn di Kalimantan Barat
Kepala Museum Negeri Pontianak, dalam wawancaranya, mengatakan bahwa pembaruan ini dilakukan untuk menjawab kebutuhan zaman. “Kami ingin museum tidak lagi dipandang sebagai tempat yang membosankan. Anak muda bisa datang untuk belajar sejarah dengan cara yang fun dan visual. Kami juga membuka ruang bagi mereka untuk berkreasi lewat kegiatan seni dan budaya,” ujarnya. Langkah ini menjadi bagian dari upaya museum dalam memperkuat literasi budaya sekaligus menanamkan rasa bangga terhadap warisan lokal.
Salah satu inovasi yang paling menarik adalah hadirnya zona multimedia interaktif. Di area ini, pengunjung bisa menonton tayangan 3D tentang asal-usul Kalimantan Barat, permainan kuis sejarah interaktif, hingga simulasi digital kehidupan suku Dayak di masa lampau. Fitur ini sukses mencuri perhatian kalangan muda yang datang tidak hanya untuk belajar, tapi juga untuk konten kreatif seperti vlog, foto, atau video pendek yang estetik untuk media sosial.
Museum Negeri Pontianak juga semakin aktif membangun kehadiran di dunia digital. Melalui akun resmi di Instagram, TikTok, dan YouTube, museum rutin membagikan konten ringan seperti “Fun Fact Sejarah Kalbar”, “Koleksi Unik Minggu Ini”, hingga video singkat bertema “Belajar Sejarah dalam 60 Detik”. Strategi ini terbukti efektif menjangkau audiens muda yang lebih banyak menghabiskan waktu di platform digital. Tak sedikit postingan museum yang viral dan mendorong anak muda untuk datang langsung berkunjung.
Selain itu, museum ini juga rajin menggelar event budaya kekinian. Mulai dari workshop membatik motif khas Kalbar, pameran seni rupa kontemporer, hingga lomba vlog edukatif dengan tema sejarah lokal. Kegiatan semacam ini memberi ruang bagi anak muda untuk berekspresi, berkreasi, dan mengenal lebih dalam warisan budaya daerahnya. Bahkan, beberapa sekolah dan kampus di Pontianak kini menjadikan museum sebagai lokasi favorit untuk kegiatan edukatif dan proyek kreatif mahasiswa.
Bagi para pengunjung, suasana museum kini terasa jauh lebih hangat dan ramah. Interiornya ditata ulang dengan pencahayaan modern dan spot foto yang menarik. Dindingnya dihiasi mural bertema sejarah Pontianak yang instagramable, membuat museum ini menjadi destinasi populer bagi generasi muda yang ingin belajar sekaligus bersantai. Banyak pengunjung yang datang tak hanya karena ingin tahu sejarah, tapi juga untuk menikmati pengalaman visual yang menyenangkan.
Tak hanya itu, pihak museum juga berkolaborasi dengan komunitas lokal, seniman muda, dan pelajar dalam program “Museum untuk Semua”. Program ini bertujuan menjadikan museum sebagai ruang kolaboratif lintas generasi. “Kami percaya sejarah tidak harus diajarkan dengan cara kaku. Dengan pendekatan kreatif, anak muda bisa lebih memahami jati dirinya melalui budaya,” ujar salah satu kurator muda yang terlibat dalam program tersebut.
Kini, Museum Negeri Pontianak bukan hanya tempat untuk mengenang masa lalu, tetapi juga simbol transformasi edukasi budaya yang relevan dengan zaman. Melalui inovasi digital, kegiatan kreatif, dan pendekatan yang kekinian, museum ini berhasil menarik perhatian generasi muda tanpa kehilangan nilai sejarahnya. Di tengah derasnya arus globalisasi, museum ini menjadi bukti bahwa mencintai sejarah dan budaya lokal bisa tetap keren, inspiratif, dan sangat “milenial.” (Kiara Alma Nafasha)