KhatulistiwaHits – Upacara adat Naik Dango atau yang lebih dikenal dengan Gawai Dayak adalah salah satu tradisi budaya masyarakat Dayak Kanayatn di Kalimantan Barat. Acara ini bukanlah sekadar perayaan tradisional, melainkan merupakan perkembangan dari pertunjukan kesenian Dayak yang kaya akan makna dan simbolisme.
Asal Mula Naik Dango
Mitos di kalangan orang Dayak Kanayatn menceritakan asal mula tanaman padi berasal dari setangkai padi milik Jubata di gunung bawang. Suatu hari, setangkai padi Jubata dicuri seekor burung pipit dan jatuh ke tangan Ne Jaek yang sedang mengayau.
Baca juga : Tradisi Saprahan Pontianak : Mempererat Kebersamaan dan Keberagaman Budaya
Sejak itulah, manusia atau yang dikenal sebagai Talino dalam bahasa Dayak, mulai mengenal padi sebagai makanan pokok mereka.
Tujuan dan Makna Upacara Naik Dango
Upacara Naik Dango diadakan setiap tahun setelah masa panen dengan tujuan utama menghaturkan rasa syukur kepada Nek Jubata atau Sang Pencipta atas berkah hasil panen yang berlimpah. Selain itu, upacara ini juga diharapkan dapat menjamin keberlimpahan panen di tahun-tahun berikutnya.
Prosesi dan Ritual Naik Dango
Naik Dango diawali dengan pertemuan masyarakat setelah panen untuk merencanakan ritual. Setiap keluarga akan mempersiapkan makanan tradisional seperti beras ketan yang dimasak dalam bambu besar dan tumpi, serta menyediakan seekor ayam yang masih hidup. Semua bahan makanan tersebut kemudian dibawa ke dalam lumbung padi atau dango oleh setiap kepala keluarga.
Dalam dango, dilaksanakan ritual nyangahatn atau barema, di mana doa-doa dari pamane atau tetua adat disampaikan kepada Sang Pencipta. Ritual ini dilakukan sebanyak tiga kali di tempat yang berbeda, yaitu di pelataran utama, di lumbung padi, dan di tempat penyimpanan beras besar.
Upacara Adat Naik Dango
Inti dari upacara adat Naik Dango adalah prosesi tingkakok nimang padi, yang menjadi simbol proses turunnya padi dari Jubata kepada manusia. Padi dari hasil panen setiap tahun akan dibawa ke lumbung padi dengan iringan tari-tarian sebagai ungkapan terima kasih dan rasa syukur yang mendalam atas berkah panen yang diberikan.
Signifikansi Budaya dan Sosial
Upacara Naik Dango memiliki tiga aspek pokok yang mencerminkan kehidupan masyarakat Dayak Kanayatn: aspek kehidupan agraris, aspek religius, dan aspek kehidupan kekeluargaan, solidaritas, serta persatuan. Melalui upacara ini, masyarakat Dayak Kanayatn menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan, rasa syukur, dan solidaritas dalam kehidupan sehari-hari.
Hingga kini, tradisi Naik Dango masih lestari di beberapa wilayah di Kalimantan Barat, seperti Kabupaten Mempawah, Kabupaten Landak, Kabupaten Kubu Raya, Pontianak, hingga Kabupaten Sanggau. Ini menunjukkan betapa pentingnya tradisi ini bagi masyarakat Dayak Kanayatn sebagai bentuk pelestarian budaya dan kearifan lokal mereka.
Baca juga : Tuma, Merupakan Alat Musik Khas Kalimantan yang Mampu Berkolaborasi Dengan Musik Modern Beranda Budaya.
Upacara adat Naik Dango atau Gawai Dayak merupakan salah satu bentuk kearifan lokal suku Dayak Kanayatn yang mencerminkan hubungan erat antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. Melalui upacara ini, masyarakat Dayak Kanayatn menghaturkan rasa syukur, menjunjung tinggi kekeluargaan dan solidaritas, serta memastikan kelangsungan hidup agraris dan tradisi religius mereka.
Tradisi ini tidak hanya sebagai perayaan budaya semata, namun juga sebagai bentuk komitmen untuk melestarikan dan mewariskan nilai-nilai luhur kepada generasi yang akan datang.